Selasa, 30 November 2010

BERSAMA KITA BISA (BERHAJI)

ANDAI NABI NAMBAH SATU BAG KE-49

Ini bukan niru slogan kampanye salah satu capres dan cawapres pada kampanye pilpres tahun 2004 yang lalu, tapi untuk berangkat ibadah haji memang diperlukan kemampuan finansil dan kemampuan menyatukan niat antara suami dengan isteri bagi yang sudah berkeluarga.
“ Tolong panggilkan kami disana ya mas, sudah lama kami berkeinginan naik haji “ demikian pesan yang sering kita terima pada saat mau berangkat haji. Pesan itu jelas sekali, niat sudah terbesit tinggal dilaksanakan, karena Allah telah memanggil berulang kali bagi yang mampu. Boleh saja masing masing memiliki definisi untuk kata “mampu”, kita sering menjumpai orang yang tinggal di pedesaan dengan status ekonomi, status sosial dan status investasi yang lebih rendah dari kita dan mereka telah berhaji. Banyak diantara kita yang mampu membeli kendaraan dan barang kesenangan lainnya dengan harga yang sama atau melebihi ONH, tapi belum juga dipanggil (atau terpanggil ?) untuk berhaji. Niat itu memang penting bahkan dalam segala pekerjaan. Ada yang pergi berhaji karena ingin meningkatkan status sosial, ada karena malu teman selevel sudah pada berhaji, ada yang pergi dalam rangka memperbaiki citra, apapun alasannya hanya Allah yang tahu, bagi kita tidaklah baik berburuk sangka tapi doakanlah kepada setiap yang berniat haji untuk segera terlaksana, doakanlah kepada yang berangkat haji untuk menjadi haji yang mabrur, manusia yang akan naik kelas yang meningkat derajat kebaikannya.
“ Saya sebenarnya sudah mampu berhaji mas, dari segi kesehatan fisik maupun finansial, tapi terutama saya, takut sekali disana mendapat balasan atas perbuatan selama ini yang banyak ……. Ah mas tahu sendiri bagaimana saya kan ?” demikian kekhawatiran seseorang untuk berhaji. Banyak cerita tentang perjalanan haji, banyak kebenaran tentang cerita ki sanak tapi tidak sedikit cerita yang kurang tepat (atau tidak benar sama sekali), cerita yang terlalu banyak dibumbui dan dikaitkan dengan interpretasi pribadi terutama yang bersifat negatif. Kita harus yakin bahwa undangan Allah tidak untuk menghakimi perbuatan jelek yang telah dilakukan, perintah Tuhan untuk berhaji bagi yang mampu adalah ajakan menuju kebaikan. Tuhan bukanlah sosok pendendam yang akan melampiaskan kemarahanNya dengan mengundang kita, Tuhan mengajarkan bahwa hidup dan kehidupan adalah suatu proses, berhaji bisa merupakan awal suatu proses untuk memperbaiki diri.
“ Sayang amat duit susah nyarinya dipakai berhaji, dibohongi Arab lu !”. Masya Allah, tanpa kedatangan kita ke Saudi mereka tidak akan jatuh miskin, percayalah ! Ada baiknya mulai dari hal yang paling sederhana saja. Karena tugas mungkin kita sering bepergian jauh di wilayah Indonesia yang luas atau bahkan ke luar negeri, mengapa tidak ke tempat yang jadi kiblat pada saat sholat dan itu cukup sekali seumur hidup ? Kalau dinas kan tidak keluar duit sendiri bahkan mungkin saja ada sisanya buat menambah penghasilan. Berapa kali dan berapa jauh kita pergi atas biaya kantor atau sponsor ? tidakkah merasa malu untuk pergi sekali saja dalam hidup ini tanpa mengharapkan sponsor ?
“ Berhaji itu banyak tetek bengeknya, kita para jamaah kebagian bengeknya, yang satunya lagi bagian yang ngatur dan ngurus !” kalau itu benar percayalah yang memanfaatkan pengurusan haji untuk keuntungan pribadi akan mendapat bengek di akhirat nanti, kita kebagian yang enaknya, Insya Allah. Barangkali merasa bengek karena urusan hajatan pemberangkatan, urusan oleh - oleh dan bengek bengek lainnya. Cobalah mengingat dan berhitung berapa kali kita mendapat kenikmatan dalam hidup ini ? Maukah sekali seumur hidup berbagi kenikmatan dengan para sahabat dan tetangga sambil memohon doa restu dan ucapan terima kasih ? Kalaupun anda tidak melaksanakannya yakinlah bahwa niat dan haji anda tidak akan berkurang karenanya.
“ Ah saya sih belum siap untuk jadi haji, masih senang melihat yang sexy ?”, kalau begitu anda masih normal dong, orang gila tidak diwajibkan naik haji kan ? tapi itu artinya belum siap meninggalkan hobi selama ini. Jadi kapan siapnya ? terus dan teruuuus menunggu sampai siap, kapankah itu ? Bagaimana kalau pendekatannya dibalik ? Berhaji dulu lah, barangkali saja nanti matanya mulai lebih jinak.
Sepulang haji tidaklah perlu kemudian menjadi malaikat, karena takdir kita memang menjadi dan berperan sebagai manusia. Mabrur artinya ada peningkatan, kalau sebelumnya kita duduk di kelas dua SD kemudian naik menjadi kelas lima, kalau cuma naik jadi kelas 3 artinya hal normal yang bisa dicapai tanpa perlu pergi haji. Jangan berharap sahabat pulang haji kemudian naik dari kelas 2 SD menjadi kelas 2 SMP atau SMU kecuali atas kehendak Tuhan, itulah mungkin yang disebut dengan mukjijat. Mabrur itu seperti kelulusan, ada yang nilainya pas-pasan, ada yang biasa, ada yang memuaskkan dan sangat memuaskan alias istimewa, kalau disebut suma cum laude kan ber-haji bukan ujian doctor dong. Seorang sahabat pernah mengatakan (maksudnya sahabat perjalanan naik haji), perubahan itu dapat dilihat dari perbaikan perilakunya. Apakah ada peningkatan orientasi terhadap Allah ? katanya itulah makna dari tawaf yang dilakukan. Apakah ada peningkatan keberpihakan dan memperjuangkan nasib orang yang kita cintai yang menjadi tanggung jawab kita ? bukankah sainya Siti Hajar itu cerminan kasih sayang terhadap buah hatinya ? pemimpin terhadap anak buahnya, bapak/ibu terhadap keluarga. Balang adalah bentuk perlawanan dan kebencian terhadap setan, sikap yang tegas untuk berpihak kepada kebenaran, kejujuran dan bentuk lain yang berkonotasi negatif. Analogi ini tidak bermaksud meringkas atau menyederhanakan makna berhaji, tapi setiap perubahan kearah yang lebih positif jauh lebih berarti ketimbang berganti nama Arab dan tambahan gelar Haji.

Minggu, 28 November 2010

PERJALANAN HAJI PADA MASA DEPAN

Andai Nabi Nambah Satu Bag. Ke-48.

Passport Coklat ? wah itu cerita lama bung ! kini jamaah Indonesia pergi haji dengan Passport Hijau yang digunakan untuk bepergian ke luar negeri tidak hanya khusus untuk berhaji. Passport berlaku untuk lima tahun, kalau setiap tahun pergi haji akan tercatat di passport itu karena pemerintah mengeluarkan peraturan naik haji hanya boleh lima tahun sekali untuk memberi kesempatan dan memprioritaskan bagi yang belum pernah berhaji. Bagi yang belum pernah berhaji dijamin pemerintah akan mendapat visa, yang pernah berhaji boleh berangkat lagi setelah lima tahun. Kalau masih ada sisa quota ? terbuka untuk siapapun yang sudah berhaji belum lima tahun dengan membayar 3 kali Ongkos Naik Haji untuk memberangkatkan 2 orang guru agama atau petugas majid yang tidak memiliki kemampuan naik haji. Pemerintah tidak menjadi penyelenggara perjalanan haji dan beralih tugas atau hijrah ke tempat yang lebih tinggi dan terhormat sebagai pengayom, pengawas dan pemantau. Istilah kerennya bukan lagi ROWING tapi GUIDING. hebat kan ? Perubahan ini bukan saja menjadi bagian dari tuntutan jaman menuju pemerintahan yang adil, bersih dan sejatera tetapi juga berkat survey yang dilakukan oleh satu lembaga terkemuka bahwa uang haram tidak membawa berkah bahkan membawa celaka dan sial. Sebagai penyelenggara adalah biro perjalanan yang terdaftar dan ditunjuk pemerintah melalui seleksi dan menilai rekam jejaknya. Yang telah terdaftar sebagai calon haji dibekali dengan VCD sebagai gantinya manasik, orang Indonesia sudah pintar tidak dapat lagi ditakut-takuti, dibohongi dan diperlakukan tidak senonoh maupun diperas. Anggota DPR dan DPRD patut dibanggakan karena menjadi pengawas dan pelindung rakyat yang memilihnya. Kalau tahu anda berasal dari Indonesia, di Saudi selalu diacungkan jempol dan tak luput juga perkataan INDONESIA BAGUUUUS !!!
Anda boleh mendaftar dimana saja, orang Jakarta mendaftar di Bali boleh, orang Bali mendaftar di Bali apalagi, berangkatnya diatur biro perjalanan jadi boleh berangkat dengan Pulau Dewata Air (PeDe Air), bisa dengan Majapahit atau Singosari Air, kalau berangkatnya dari Cirebon pakai Sunan Gunung Jati Air (EsGeJet).
“ Minum apa pak ?”
“ Whisky please !” jawab salah satu penumpang
“ Apa khabar pak ? mau ke Saudi ? “ tanya pramugari kepada bapak disebelahnya.
“ Saya mau menjemput TKI buat pabrik saya di Cilacap !”
“ TKI ?”
“ Tenaga Kerja India yang illegal saja bayarnya murah, ha ha ha. Oh, wine please … “
“ Baik pak, Bapak ? “ kepada yang duduk disebelahnya.
“ Zamzam please !” katanya
“ Silahkan pak Haji !”
Jangan khawatir toilet kotor, orang Indonesia sudah sering naik pesawat, ke luar negeri bukan karena mau naik haji saja tapi juga kayak bapak tadi menjemput TKI, turun di Singapore untuk meneruskan perjalanan ke Mumbay.
Imigrasi Bandara King Abdul Aziz Jeddah ? Jangan khawatir walaupun yang datang untuk berhaji semakin banyak jumlahnya, anda mendapat pelayanan paling prima karena selain menjadi tamu Allah andapun menjadi tamu pemerintah dan penduduk Saudi. Pelayanan imigrasi Bandara Changi tidak ada apa-apanya, itu cerita lama bung ! Ruang kedatangan dan imigrasi tidak dibedakan seperti pada pada tahun 2005 –an, anda serasa berada di Schipool Amsterdam minus bir dan casino. Mau santai dulu boleh, mau langsung ke Makkah silahkan, tinggal keluar menuju tempat pemberangkatan Kereta Listrik Monorel yang bernama Al Buroq berkecepatan tinggi, hanya dibutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di Makkah. Statsiun di Makkah hanya berjarak 1 km dari Masjidil Haram, dapat ditempuh dengan jalan kaki menujun hotel yang telah dibooking biro perjalanan untuk anda sekeluarga. Seluruh jamaah Indonesia nginap di hotel (berbintang lagi), tidak ada ONH plus atau minus, sebagai perbandingan bayar dengan ONH biasa pada tahun 2005-an sudah mendapat fasilitas seperti ONH Plus. Jadi yang naik haji itu tidak terlalu luar biasa terutama biayanya.
Masya Allah, Masjidil Haram sudah bertingkat tujuh, hanya tawaf di dekat Kabah yang tidak banyak berubah, di atasnya tersedia ban berjalan untuk bertawaf jadi tidak terlalu cape dan lama untuk tawaf tujuh keliling maklum radiusnya lebih lebar dari pada di bawah. Pada musim haji yang tawaf di bawah dibatasi hanya yang berihram untuk melakukan tawaf yang wajib, anda dibekali karcis untuk masuk areal tawaf, secara otomatis pintu masuk terbuka seperti mau naik busway. Hal yang sama diterapkan pula untuk sai karena semakin banyak jamaah haji, sehingga sai diatas dilengkapi dengan ban berjalan untuk mempercepat prosesnya. Ban berjalan juga dipasang di sekitar Raudah di Masjid Nabawi untuk memberi kesempatan yang sama bagi setiap jamaah berdoa di tempat mulia ini. Pengaturan ini sungguh efektif dan menurunkan angka kematian jamaah, yang tua yang muda yang sehat yang kurang sehat mendapat kesempatan dan kenyamanan sama.
Transportasi yang selalu menjadi masalah dan menyebabkan kemacetan yang parah pada musim haji bahkan tidak jarang menimbulkan perkelahian antara supir bis, kini teratasi sudah. Makkah – Mina – Arofah tersedia monoreel seperti halnya Jeddah – Makkah. Dulu mode transportasi ini dianggap mahal dan tidak efisien, itu cerita lama bung ! sekarang perjalanan ke Arofah tidak hanya sibuk pada musim haji tapi hampir setiap waktu. Di luar musim haji, orang yang pergi ke Saudi tidak hanya untuk berumroh tapi juga untuk berobat. Penyakit hati diobati di Sisha dengan pesantren kilatnya, kota Sisha yang pada tahun 2000-an menjadi kota mati diluar musim haji kini selalu ramai dikunjungi bahkan Pusat Kajian Islam dikunjungi berbagai kalangan dari seluruh penjuru dunia dan hanya libur pada musim haji. Di Arofah berdiri rumah sakit modern, tidak hanya menyembuhkan penyakit karena kejiwaan tapi juga penyakit lainnya. Sejak tahun 1980 an pemerintah Saudi mengirimkan banyak mahasiswa untuk belajar berbagai ilmu di Eropah dan Amerika, dan inilah salah satu hasilnya sumberdaya manusia yang mampu berkompetisi karena ditunjang dengan fasilitas dan gaji yang memadai.
Kalau ada Umroh Plus atau Haji Plus bukan mengindikasikan biayanya tapi berkonotasi dengan penyembuhan penyakit lainnya. Jamaah Indonesia masih terbanyak jumlahnya dan juga terpopuler, INDONESIA BAGUUUS !! Batuk ? Sayangnya batuk jamaah masih tetap ada, tapi berdasarkan penelitian mutakhir diketahui bahwa batuk itu perlu sebagai proses pembentukan system pertahanan tubuh melindungi paru dan jantung, kalau pernah terkena batuk Arab anda tidak akan batuk lagi di Indonesia karena tubuh anda sudah mampu melawan virus yang paling jahil dan terbandel di dunia.
“ Indonesia baguuus !!!”
“ Uhuk …. Uuuuuhuk !! “
“ Wah menggigau lagi, bangun mas ! ayo kita naik ke pesawat !” saya terbangun, ketiduran karena cape menunggu karena pesawat delay.

Sabtu, 20 November 2010

TANAH HARAM

ANDAI NABI NAMBAH SATU BAG.-KE 47

Sampai tahun 623 M kota Makkah masih terbuka untuk dikunjungi dan didiami oleh non muslim seperti Nasrani dan Yahudi. Non muslim tersebut banyak melakukan tindakan munafik, menodai dan memusuhi Islam sehingga sejak itu mereka dilarang masuk Makkah. Dalam Surat At Taubah Ayat 28 Allah berfiman : “ Hai orang-orang beriman, sesungguhnya orang orang musrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini “. Makkah sebagai kota boleh saja berkembang lebih luas, tetapi Tanah Haram atau Tanah Suci Mekah telah ditetapkan batasnya yaitu 7 km kearah utara Masjid Haram, 13 km ke selatan dan 25 km ke arah barat dan timur.
Tahun 2000 kami berkesempatan mengunjungi Kathmandu di Nepal. Di pusat kota ada sebuah kuil tempat ritual agama Hindu. Ada penyembelihan hewan kurban, ada dinding kuil yang merah karena lumuran darah sapi yang dijadikan korban, hal yang baru bagi saya. Komentar ? saya tidak memiliki komentar apapun karena tidak mengerti dan tidak memahami kegiatan ritual di kuil Hindu ini. Seperti halnya Islam, setiap ritual haji dimulai dari tawaf, sa’i dan lempar jumrah memiliki latar belakang historis, maksud serta tujuannya. Saya meyakini kegiatan ritual di agama lainpun pasti memiliki latar belakang dan esensinya, kalau kita tidak memahami dan menaruh rasa hormat pasti merasa aneh, heran atau bahkan lucu melihat apa yang dilakukan pemeluk agama lain.
Bagi yang tidak memahami makna dan tujuan ritual haji bisa saja timbul berbagai pertanyaan “aneh” yang tidak akan dapat kita terima. Ngapain sih Kabah diputari ? sampai tujuh kali lagi ? Kenapa rela berdesakan hanya untuk memutari Kabah, atau saling menyikut dan mendorong bahkan rela mati hanya untuk mencium sebuah batu (maksudnya Hajrul Aswad) ? Deretan pertanyaan itu akan semakin panjang tatkala mengetahui bahwa dinding Kabah dicongkel dan batunya dijadikan jimat seperti halnya dengan kain Kiswah dan air bekas mencuci Kabah. Syukurlah askar yang menjaga Kabah mengusir sambil berteriak HARAM menyaksikan kelakukan jamaah yang dapat berakibat mempersekutukan Tuhan. Kalau tidak ada tindakan tegas seperti itu akan memperkuat tuduhan kaum kafir bahwa semua berhala di rumah Allah dimusnahkan kecuali satu yaitu batu hitam (hajrul aswad).
Tanpa mengetahui latar belakang historis perjuangan seorang ibu (Siti Hajar) untuk menyelamatkan nyawa anaknya, sulit menerima dengan akal sehat melihat jamaah haji bolak balik sampai tujuh kali diselingi berlari kecil ketika melakukan sa’i. Akan aneh melihatnya ketika serombongan jamaah berseragam ihram saling berpegangan dalam barisan yang rapat dan akan marah bila ada yang permisi numpang lewat dengan memotong barisan, dimana logikanya kan tidak boleh egois dan marah sesama saudara. Apalagi kalau melihat ritual lempar jumrah, melempar batu saja kok harus jauh jauh ke Saudi ? Apa cuma di Arab yang ada setan ? Di Indonesia setan lebih banyak, lebih jahat dan lebih berani bahkan kebanyakan dihormati berlebihan. Setan yang memperkosa hak rakyat kecil, yang merampok duit negara, kalau tidak rakyat ini tidak akan semiskin sekarang, gilanya lagi setan dihormati karena sering jadi sponsor bahkan penyumbang pembangunan mesjid. Ha, ha, ha, setan di Indonesia pada tertawa tidak menjadi sasaran lemparan batu. Apalah artinya dileparkan batu padahal setan tidak kelihatan dan tidak akan merasa sakit, yang sakit malahan jamaah yang terkena lemparan batu jamaah lain yang melemparkan batu seperti orang kesetanan. Berperang melawan setan ? yang jadi korban malahan jamaah yang terhimpit, terjatuh dan terinjak-injak oleh jamaah lainnya.
Bagi yang tidak mengerti dan memahami cara dan tahapan haji, melihat apa yang dilakukan jamaah akan terlihat ganjil dan aneh, kurang waras dan mungkin menggelikan. Bisa saja lantas keluar komentar :” Why they are doing so many silly things ?” Kalau sampai keluar komentar seperti itu, seluruh umat Islam termasuk yang belum haji sekalipun pasti akan marah besar, pertikaian antar agama tidak mungkin dihindarkan. Larangan bagi NON MUSLIM untuk memasuki tanah haram sangatlah masuk akal, kita perlu saling menghormati keyakinan hakiki pemeluk agama lain.

Rabu, 17 November 2010

TKI SEBAGAI BUDAK ARAB

ANDAI NABI NAMBAH SATU BAG.KE-46.

Suatu ketika Raja Fahd melakukan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat, selain bertemu dengan presiden agenda lainnya adalah kunjungan ke industri senjata yang memproduksi rudal patriot. Sang Raja disuguhi demonstrasi kecanggihan rudal yang mampu menghancurkan berbagai berbagai sasaran.
“ Okey okey Saudi akan membeli rudal, tidak perlu anda membuang beberapa rudal untuk meyakinkan kehebatannya “, sang raja memberi kepastian. Sekadar berbasa basi, presdir Raytheon memberi komentar : “ No problem Your Excellency, kami punya banyak rudal untuk contoh demonstrasi !”.
Di waktu lain Raja Fahd diundang ke Jerman dan melihat pabrik mobil Mercedes Benz, disinipun perusahaan menyuguhkan demonstrasi untuk memperlihatkan keamanan dan kenyamanan penumpang terutama dalam menghadapi keadaan bahaya terorisme. Ditontonkan kehebatan mobil melalui berbagai benturan, tabrakan dan serta melakukan maneuver penyelamatan yang sulit.
“ Kami akan membelinya, jangan dikorbankan banyak mobil untuk meyakinkan kami “ ujar raja lagi. Presdir Mercedes merespon dengan kalem :” No problem yang mulia, kami banyak memiliki mobil untuk keperluan Yang Mulia !”
Alkisah, kedua presdir tersebut menjadi tamu istimewa raja sampai sang raja sendiri yang menjemputnya ke bandara di Riyadh. Dalam perjalanan ke istana raja, kedua tamu istimewa itu hanya terdiam, membisu dan tercekam menyaksikan beberapa orang meninggal menjadi korban tabrak lari sang raja. Tidak tahan melihat kelakuan sang Raja keduanya langsung bicara :
“ Yang Mulia, kalau di negara kami ini pelanggaran berat, demikian juga hukumannya tidak perduli siapapun yang melakukan !”, dengan kalem raja menjawab :
“ No problem, kami punya banyak tenaga kerja Indonesia disini !”.

Itulah guyonan salah satu sahabat Arab waktu kuliah dulu, yang saya ceritakan kembali ketika reuni di Jeddah karena waktu dulu saya marah, tersinggung berat sehingga dia meminta maap berkali-kali. Rupanya begitu pandangan warga Arab terhadap orang Indonesia terutama TKI yang kerja disana, dianggap sampah karena serign disiksa, dilecehkan, diperkosa, dibunuh, pokoknya dianggap budak milik majikan yang boleh diperlakukan semaunya. Jangan marah, memang kualitas tenaga kerja kita sangat rendah.
Warga Arab Saudi adalah salah satu bangsa yang beruntung di dunia ini, memiliki kekayaan karena minyak dan dikunjungi berjuta umat Islam dari seluruh peloksok dunia sejak dulu bahkan sebelum Indonesia merdeka. Berbulan – bulan naik kapal laut, naik unta berhari – hari selama perjalanan darat, menghadapi tantangan cuaca dan begal padang pasir, tapi tak ada apapun yang dapat menghalangi dan menyusutkan tekad untuk berhaji. Sebagai tujuan ziarah secara langsung kedatangan jamaah turut memakmurkan negara terutama Makkah dan Madinah. Dari pendapatan minyak, pemerintah memiliki kemampuan untuk memperbaiki fasilitas ibadah di Makkah dan Madinah, meningkatkan sarana dan prasarana transportasi dan perhotelan untuk kenyamanan penduduk dan pendatang. Sebagai tempat lahirnya agama Islam, Saudi dapat menjadi pusat pengetahuan dan pengajaran Islam, potensi yang selama ini banyak diambil perannya oleh Mesir, Iran, Irak dan Pakistan. Sebagai pewaris dan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW, warga Saudi lebih mudah diterima di negara berpenduduk Islam. Sebagai umat nabi kita sangat mencintai Rasullulah, tidak heran kalau kecintaan bangsa Saudi kepada Rasullulah jauh lebih besar dari pada kita. Bangsa Saudi sangat bangga memiliki nabi Muhammad, kebanggaan yang mereka bagi pula dengan pemeluk Islam lainnya biarpun berlainan negara. Tapi kalau soal status kita dimata mereka memang perlu dipertanyakan, ya kan ?

Sabtu, 13 November 2010

WE LOVE OLD LADY

ANDAI NABI NAMBAH SATU BAG. KE-45.


Selain Makkah dan Madinah, kota Jeddah boleh masuk menjadi kota yang menyenangkan untuk tidak dilewatkan. Pertama, awal perjalanan haji dimulai dan akan kembali ke negara masing – masing lewat Jeddah, sehingga kota ini diberi julukan juga sebagai “ Pintu Gerbang Dua Tanah Haram”. Kedua, walaupun Jeddah artinya “ nenek perempuan” karena disinilah Siti Hawa nenek umat manusia dimaqamkan, kota Jeddah adalah kota metropolitan yang tidak kalah indahnya dengan kota besar lain di dunia. Jeddah yang luasnya sekitar 3500 km2 dihuni penduduk tidak kurang dari 1,5 juta jiwa, banyak gedung dan taman yang indah serta keindahan alami dari pantai Laut Merah. Ketiga, secara pribadi inilah tempat reuni setelah berpisah 15 tahun dengan para sahabat ketika menjadi mahasiswa di Manchester, Inggris.
Nostalgia waktu kuliah, kegiatan ramadhan di masjid Didsbury yang dulunya adalah gereja, sampai rekreasi bersama ala Arab ( sehari semalam tidak ketemu isteri), menjadi selingan ngobrol sampai jam dua pagi. Malam terasa sangat pendek.
Sepanjang pantai Laut Merah dipenuhi kafe, restoran menyajikan berbagai hidangan khas timur tengah – timur jauh maupun makanan ala barat, malam itu penuh oleh keluarga yang sedang rekreasi bersama. Pengunjung tidak hanya dari kota yang ada di Saudi tapi juga berasal dari negara tetangga, tidaklah mengherankan kalau kita jumpai banyak wanita yang tidak bercadar bahkan ada yang berpakaian jeans cukup ketat. Kalau tidak mau di kafe, pinggir pantai tersedia tempat untuk menggelar karpet tebal, menikmati makanan sambil bercengkrama memandang Laut Merah yang bersih dan berwarna biru. Pada saat liburan haji seperti saat ini, Jeddah adalah kota yang tidak pernah tidur, hanya sekitar 100 km dari Makkah dan kita menjumpai suasana yang sangat berbeda.
“ Nenek Tua “ yang makin cantik dan genit ini, dikenal pula sebagai tempat belanja yang menyenangkan sehingga berjuluk pula “ Kota di Tengah – tengah Pasar”, sangat jauh berbeda dengan Makkah atau Madinah. Jam tangan, farfum, barang elektronika harganya termasuk murah, mungkin disini seperti Dutty Free dibebaskan dari pajak. Empat puluh persen dari budget belanja anda ada baiknya digunakan di Jeddah dengan kualitas barang yang lebih baik, jangan dihabiskan semuanya di Makkah dan Madinah. Karena kota internasional, pedagang di Jeddah (seperti pusat perbelanjaan di Ballad) lebih sopan dan lebih fair, tidak gila-gilaan dalam menawarkan harga. Harga barang umumnya sudah tercantum, kalaupun menawar hanya turun sewajarnya saja tidak sampai setengah atau sepertiganya. Kalaupun tidak jadi membeli mereka berekspresi biasa saja, tidak memaksa apalagi sampai marah-marah. Barang yang akan dibeli di Jeddah sebaiknya masuk kabin, karena bagasi mungkin sudah diurus biro perjalanan sehari sebelumnya, selain meminimalkan risiko kehilangan barang yang tidak akan sama kualitas dan harganya dengan Tanah Abang. Jadi bijaksanalah memutuskan barang yang akan dibeli jangan sampai merepotkan anda membawanya dan jangan direpotkan pemeriksaan di bandara karena lebih ketat ketika meninggalkan Saudi dibanding ketika tiba di Jeddah.
Tidak saja karena pikiran sudah berada di Indonesia, menunggu di bandara sangat
lama sekali (sekitar sepuluh jam). Jadual penerbangan mundur dari jam sepuluh malam menjadi jam tiga pagi, kami tiba di bandara jam lima sore dan baru masuk ruang imigrasi jam sepuluh malam di tempat yang sama dengan kedatangan dulu, sempit, sumpek dan tidak nyaman. Sebelum masuk bagian imigrasi, kami sudah melaksanakan sholat maghrib dan isya serta makan malam, banyak kesempatan untuk keliling disekitarnya menghabiskan real yang masih tersisa di toko cindera mata. Boneka unta adalah jualan yang paling laris padahal tersedia juga boneka Barbie, kucing dan anjing, mungkin karena unta adalah binatang khas padang pasir. Boneka unta buatan Cina ini harganya SA 10 beserta batereinya, kalau ditekan terdengar musik dan lagu Arab sambil membayangkan kita naik unta. Cobalah dulu sebelum dibeli karena ada seorang kawan yang membeli boneka unta ternyata bersuara kucing, meoooong !!! ini aneh tapi nyata, bukan salah satu keajaiban padang pasir tapi kesalahan pekerja pabrik di daratan Cina sana.

Rabu, 10 November 2010

BADAI PASTI BERBAU

ANDAI NABI NAMBAH SATU BAG-KE 44

Sabtu dini hari sekitar jam empat saya terbangun, kali ini bukan karena mimpi tapi mendengar keributan di luar tenda. Saya keluar tenda berjingkat-jingkat melewati tubuh teman yang masih terlelap tidur. Ah ternyata pertengkaran lagi ! dua kelompok berhadapan antara koordinator katering dibantu staff maktab lawan ketua regu serta para pelayan katering. Seperti biasa saling berteriak memaki, dorong mendorong dan membanting peralatan katering yang bisa diraih. Pertengkaran segera berakhir, dilerai ketua maktab yang segera membawa dua orang dedengkotnya ke kantor yang terletak di bagian depan pintu masuk maktab. Bagus ! karena keributan pasti akan mengganggu jamaah yang masih tidur dan juga kurang baik bagi citra maktab. Menurut yang mengerti bahasa Arab, sebagian pelayan katering diusir pulang karena ada inspeksi ternyata mereka pekerja haram alias illegal asal Burma. Yang saya ketahui, satu dari tiga meja katering ditutup karena sebagian jamaah hari itu akan meninggalkan Mina, sebagian dari pelayan barangkali tidak diperlukan lagi.
Sabtu pagi cuaca sangat tidak bersahabat, hujan gerimis diselingi sedikit cahaya matahari, redup lagi dan angin bertiup kencang. Di langit awan hitam bergayut, teringat pada tahun 80-an menjadi pakar hujan buatan BPPT, kita menyebutnya awan bunting yang menunggu semprotan cairan urea untuk dijatuhkan jadi hujan. Ingat itu saya kirim SMS kepada Pak Karsidi, pakar dan Kepala Modifikasi Cuaca BPPT yang berbeda maktab, isinya : “ bagaimana kalau kita pecah saja awan bunting ini, kalau hujan disini kan repot pak …. ha .. ha .. !” Jam sebelas angin terasa kencang, awan hitam terpecah berlari cepat menuju Makkah, langit menjadi terang kembali. Ba’da dzuhur hujan gerimis kembali mengguyur malah angin semakin kencang, besi penahan tenda berbunyi karena saling berbenturan, kalau tenda di Arofah pasti sudah roboh. Ketika hujan bertambah besar, timbul dorongan untuk siaga menghadapi keadaan darurat. Barang yang penting dimasukan kedalam tas pinggang sedang yang lainnya kedalam tas yang kami bawa dari Sisha. Di luar tenda kami melihat aliran air berwarna coklat mulai mengalir deras, lima …. sepuluh …. kemudian duapuluh sentimeter, sandal dan barang lain yang ditaruh di bawah hanyut terbawa air. Kasur dalam tenda mulai terendam air, yang masih kering segera diangkat dan ditumpukkan karena kami masih akan menginap satu malam lagi. Tidak seorangpun terlihat panik, kita sudah terbiasa melihat aliran air bahkan banjir di Jakarta lebih dari itu. Jamaah mulai panik ketika para pegawai maktab mendatangi beberapa tenda yang ada di bagian belakang termasuk tenda yang kami tinggali. Mereka berteriak teriak dalam bahasa Arab, karena kami tidak merespon akhirnya dengan bahasa isyarat mereka menyuruh kami meninggalkan tenda untuk menghindari kemungkinan runtuhan batu dari atas bukit. Tenda kami persis berada dibawah bukit, upaya mitigasi sebetulnya sudah dilaksanakan Departemen Urusan Haji Arab Saudi. Di bagian atas bukit dipagari kawat untuk menahan laju longsor, di bagian bawah batuan dilapisi semen sebagai pengikat untuk memperlancar aliran air, di bawah bukit yang berbatasan dengan tenda ditembok kokoh setinggi 2 meter. Lokal wisdom mengajarkan bahwa penduduk setempatlah yang lebih paham mengenai perilaku alam, kami segera meninggalkan tenda beserta dengan barang bawaan. Tenda di bagian depan maktab lebih parah terendam air karena letaknya lebih rendah, jalan raya di depan maktab terendam air satu meter. Helikopter berputa-putar sekitar tempat lempar jumrah, meminta jamaah naik ke tempat yang lebih tinggi, lautan manusia berjubel di lantai dua tempat jumrah. Sandal, buah buahan dan botol minuman terapung terbawa arus air di jalanan yang kini jadi sungai menuju Sisha dan entah terus kemana. Kami terhenyak, tidak terbayangkan bagaimana dasyatnya tsunami di Aceh !
Keesokan harinya kami sudah kembali ke Sisha, jalan sangat kotor sekali penuh dengan lumpur dan barang lainnya yang terbawa banjir. Beberapa kendaraan kecil seperti sedan saling tumpang tindih, saluran air di pinggir jalan berbau busuk, debu berterbangan. Tiga hari kemudian, kegiatan pembersihan baru dilakukan di sepanjang jalanan Sisha. Ketika kami mengunjungi Makkah sisa banjir masih terlihat, Masjidil Haram sudah bersih karena memiliki sistem drainase yang baik termasuk pompa darurat, serta cleaning service yang bekerja selama 24 jam.
Pemukiman di Arab Saudi tumbuh di lahan bebatuan granit, yang memungkinkan didirikan bangunan beton permanent. Tumpukan batu granit yang sudah dibongkar dan dipecah adalah pemandangan yang biasa terlihat pada lokasi pembangunan konstruksi jalan, hotel dan perumahan. Laju penyerapan air kedalam tanah sangat lamban, gorong gorong tidak dibuat besar karena curah hujan sangat rendah. Jadi kalau hujan deras terjadi selama satu jam, banjir pasti terjadi.

Senin, 08 November 2010

SESAMA SETAN DILARANG SALING MELEMPAR

43. MAAPKAN AKU TAN !

Prosesi haji yang dianggap paling berisiko adalah lempar jumrah atau balang yang terdiri dari jumrah Aqabah, whusta, dan Ula. Kata Jumrah artinya adalah kumpulan batu batu kecil, lokasi lempar jumrah ini adanya di Mina. Orang Arab menyebut Mina dengan Muna artinya “pengharapan” karena dalam keputusasaan Nabi Adam mendapat bisikan bahwa setelah 200 tahun berpisah akhirnya akan dipertemukan kembali dengan isterinya Hawa. Kata Mina secara harfiah berarti “ tumpahan darah binatang” yang disembelih. Setiap tahun di Mina ini disembelih sekitar satu juta qurban yang terdiri dari unta, sapi, domba dan kambing, inilah killing field yang sangat direstui umat.
Tempat balang sudah 2 lantai tapi masih relatif lebih sempit dibanding tempat tawaf dan Sai. Kedua, ada kepercayaan waktu afdol untuk balang yaitu sesudah matahari terbit (duha) sehingga akan terjadi penumpukan jamaah. Sudah ada pengaturan setiap negara untuk balang ini tapi kenyataannya masih sulit dilaksanakan. Ketiga, banyak jamaah yang kesetanan ketika melempar setan, padahal prosesi ini adalah simbolisasi perlawanan terhadap setan untuk selamanya. Prosesi lempar jumrah sebenarnya mengingatkan peristiwa saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah menyembelih putranya Ismail. Setan menggoda tiga kali dan tiga kali pula beliau melontarkan batu. Ditempat melempar batu inilah kemudian dibangun ketiga tugu dengan nama Aqabah, Whusta dan Ula itu. Pada 10 Zulhijah dimana di Indonesia berhari raya Idul Adha, jamaah haji hanya melontar satu jumrah saja yaitu Aqabah. Kemudian pada tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah melontar di ketiga tempat tersebut.
Balang melahirkan beberapa anekdot yang dikenal para jamaah diantaranya adalah setelah melempar batunya kembali menghantam jidat kita disertai pesan : SESAMA SETAN DILARANG SALING MELEMPAR ! Kemungkinan kena timpuk batu sangat kecil karena sekarang tugu sudah diperlebar menjadi dinding memanjang. Tidak hanya perjumpaan dengan Kabah yang menyebabkan banyak jamaah menangis, tetapi dengan selesai balang menghadirkan keharuan disertai air mata, barangkali gembira karena perjalanan yang sulit dapat dilalui. Disinipun ada anekdot bahwa balang hanya sebuah sinetron : SORI YAH TAN (maksudnya setan), NANTI DI JAKARTA KITA BERTEMAN LAGI ! Masya Allah, karena itu setiap prosesi wajib diniatkan dan dikukuhkan dengan doa seperti yang diajarkan pada waktu manasik haji.

Sabtu, 06 November 2010

MENGHITUNG HARI MENGHITUNG DOSA

ANDAI NABI NAMBAH SATU :
Gado2 Perjalanan Haji Bag. ke 42

Idul Adha di Indonesia jatuh pada hari Jumat tanggal 21 Januari 2005 sedang di Arab Saudi pada hari Kamis, sehari sebelumnya. Saya dengar keputusan itu secara tiba-tiba ditetapkan oleh Raja Fahd, bagi kami para jamaah, pengunduran atau pengajuan ketetapan Hari Raya tidak mempengaruhi jadual kepulangan ke Indonesia. Kita sudah terbiasa mendengar penetapan Idul Fitri dan Idul Adha sering beda, di Arab Saudi lebih cepat satu hari padahal perbedaan waktu dengan Indonesia lebih lambat 4 jam. Di Indonesia kami sekeluwarga selalu mengikuti ketetapan pemerintah, bukan karena kami PNS tapi saya percaya bahwa pengambilan keputusan itu berdasarkan perhitungan, pengamatan dan pertimbangan pakar yang lebih pandai dari kami. Saya merasa yakin para pakar yang memberi masukan tersebut tidak akan mengorbankan keyakinan agama untuk kepentingan politik atau hal lainnya. Tapi kamipun tetap menghargai dan menaruh rasa hormat kepada teman teman yang berkeyakinan lain dalam penetapan hari raya tersebut.
Dua kali jumatan sebelumnya kami laksanakan di Masjid Nabawi, ada perkataan Indonesia – Aceh – dan Tsunami dalam khotbah Imam, sebagai bangsa yang sedang mengalami musibah kami merasa berterima kasih atas doa dan emphatik khususnya kepada Imam Masjid Nabawi. Jumat ketiga kami masih berada di Mina, setiap biro perjalanan melaksanakan sholat Jumat di tendanya masing masing. Walaupun dilaksanakan dalam tenda yang sempit, Jumatan seperti layaknya di mesjid malah terasa lebih hidmat dan khusyuk. Mungkin karena lebaran jauh dari tanah air, para jamaah mengahiri sholat dengan berpelukan saling memaapkan, tidak terasa air mata berlinang. Melihat mata para jamaah yang dipenuhi kerinduan kepada sanak keluarga di tanah air, dengan bijak penyelenggara perjalanan segera menghibur : ” lima hari lagi kita pulang !”.
Jam dua malam saya terbangun dari mimpi yang sangat mengejutkan. Seperti diputarkan film, dipertontonkan penggalan perilaku masa lalu yang memperlihatkan bahwa yang bersangkutan tidak menerima perbuatan saya. Dengan segala kemurahanNya, dosa terhadap Allah mungkin dapat memperoleh ampunan, tapi belum tentu dosa terhadap sesama. Teringat salah satu doa yang dipanjatkan ketika berada di Arofah :

Ya Allah, jangan biarkan kami berbuat dosa kecuali Engkau ampunkan. Jangan biarkan kami berbuat cacat kecuali Engkau tutupi. Jangan biarkan kami dilanda kesusahan kecuali Engkau bukakan jalan keluarnya.

Rabu, 03 November 2010

MELI AKHIRNYA MENYERAH

Jam sembilan malam kampung sudah mati, Meli terbangun dari tidurnya, masih beralaskan sajadah. Dia segera beranjak menuju tempat tidur, tapi ada perasaan gelisah di hati perempuan ini. Sejak ditinggal sang suami enam bulan lalu karena kecelakaan yang merenggut nyawanya, baru kali ini perasaan sepi menghinggapi janda muda, kembang di kampung itu. Sudah banyak, terlalu banyak lelaki yang naksir dan mengajak untuk menikahinya. Perjaka, duda, bahkan oom dari kota yang bersedia mengusir kesepian hati Meli. Dia tetap teguh, belum mau menerima kehadiran lelaki manapun karena cintanya yang dalam dengan almarhum kang Tono tukang ojek. Tidak seperti biasanya malam itu dia merasakan kegerahan yang sangat, dan memutuskan untuk mengguyur tubuhnya walaupun sore tadi telah mandi sehabis membantu pekerjaan kedua orang tuanya yang tinggal di rumah sebelah.
Kamar mandi beratap langit dibelakang rumah ditutup kegelapan malam, hanya dinding gedek yang membatasi kamar mandi dari bangunan rumahnya. Tanpa ragu perempuan berkulit hitam mulus ini membuka seluruh pakaiannya, tak mungkin ada lelaki yang ngintip di malam sepekat ini. Air yang dingin mengguyur seluruh tubuhnya, terasa sejuk dan menyegarkan, bagai tanaman di musim kemarau panjang yang tersiram air kehidupan. Digosok badannya dengan sabun yang tecium wangi pada malam itu, gosokannya lebih lama di bagian dada. Aku masih muda, aku membutuhkan belaian sayang seorang lelaki, kehangatan kasih yang bisa membahagiakan, demikian pikirnya. Busa sabun meluncur perlahan lewat lekuk tubuhnya yang masih aduhai, menetes perlahan dari selangkangan, terasa ada getaran yang sudah lama hilang dari hidup kesendiriannya. Dia bertekad kali ini harus membuka hatinya untuk seorang lelaki yang baik, yang muda, yang gagah, yang bisa mengisi kekosongan hidupnya.
Dengan tubuh masih terbalut handuk, Meli masuk ke kamar untuk ganti pakaian, terhenti di depan pintu ketika mendengar ketukan pelan di jendela kamarnya.
“ Mel, Meli buka pintu depan “ suara lirih seorang lelaki. Meli tidak yakin siapa orangnya, samar suara itu pernah dia dengar sebelumnya.
Meli bergegas ke depan, masih berbalut handuk tipis menutupi tubuhnya. Di depan pintu berdiri seorang pemuda tegap gagah, terperangah melihat Meli berbalut handuk. Sambil menyodorkan tangannya pemuda itu berkata pelan : “ Mel, maap akang ganggu ...... “
Meli segera menyambut uluran tangan lelaki didepannya, dan segera membenamkan kepala di dada lelaki itu. Tubuhnya gemetar, menahan tangis yang terpendam selama ini, degup jantung dan napas terengal lelaki itu menempel di telinga Meli. Tangan kekar lelaki itu terasa melekat di seluruh tubuhnya. Lelaki berseragam Tagana itu berkata sambil menepuk punggung Meli :
“ Cepatlah berpakaian, kita segera mengungsi ke Cangkringan. Merapi meletus lagi, jangan biarkan dirimu mati karena wedhus gembel “.

Catatan :
TAGANA = Taruna Siaga Bencana

Senin, 01 November 2010

ANDAI NABI NAMBAH SATU

40. HIDUP SETAHUN SEKALI

Sisha adalah kota kecil antara Makkah dengan Mina. Sisha boleh dikata Mina modern karena kalau di Mina hanya boleh didirikan tenda sedang di Sisha tumbuh aparteman yang berhimpitan. Seperti halnya Mina, Sisha hanya ramai pada saat musim haji, diluar itu seperti kota mati. Apartemen tempat kami nginap letaknya persis di depan masjid. Rasanya kami ada di Indonesia karena pengeras suara terdengar keras pada waktu adzan, sholat dan pengumuman lainnya.
Di depan apartemen ada yang jualan teh dan kopi serta camilan roti lengkap dengan tempat duduknya berupa bangku panjang mungkin meniru kafe kecil di Eropah tapi sayang angin bertiup kencang membawa debu yang bikin tidak nyaman nongkrong di luar. Usai sholat Isya kami menyaksikan pertengkaran dua orang Arab di kedai itu. Pertengkaran ala Arab cuma berteriak dan dorong mendorong tak terjadi pemukulan padahal kalau dari nada suaranya sudah sedemikian marah. Itu menurut ukuran kita karena kalau bicara mesrapun orang Arab seperti marah, beda dengan orang Prancis kalau marah seperti menasihati. Tidak akan terjadi pemukulan, karena siapa yang memukul duluan akan masuk penjara, menurut para pemandu perjalanan, wallahu alam. Penyebab pertengkaran bukan karena mereka mabuk, lagi lagi konon kabarnya karena pembagian hasil jualan tidak adil. Oooh .. rupanya mereka berdua berkongsi buka warung kopi tadi, urusan bagi hasil tidak kenal kompromi walau di musim haji sekalipun.



41. GAMBARAN SURGAKAH ?

Tidak kurang dari 2,5 juta manusia berkumpul di Arofah pada hari wukuf dengan kegiatan sholat, dzikir dan berdoa mohon ampunan Allah SWT atas dosa yang telah diperbuat. Memohon petunjuk dan bimbingan Ilahi atas kehidupan beragama, mohon perbaikan kehidupan duniawi dan kehidupan akherat sebagai tempat kembali. Terasa sekali kekhusuan bermunajat di Padang Arofah ini, walau tidur berhimpitan dalam tenda rasanya hati semakin lapang menerima Islam sebagai agama untuk kehidupan.
Saya merasa salut kepada penyelenggara perjalanan haji, dengan pengalaman bertahun tahun telah merancang tahapan perjalanan dengan mengantisipasi kondisi mendatang. Ketika pertama tiba di Makkah, kami menginap di Hilton yang jaraknya selangkah saja dari masjid Haram. Di Madinah kami menginap di hotel yang juga berbatasan langsung dengan halaman Masjid, kenyamanan hotel turun demikian juga menu makanannya, yang tetap adalah sekamar masih berempat. Di Sisha kami tinggal di apartemen sekamar diisi 6 orang, bertambah saudara baru 2 orang lagi. Tidak ada TV, satu kamar mandi untuk 15 orang, kualitas makananpun turun. Di Arofah kami tinggal di tenda untuk 65 pria, tidur berhimpitan dan harus antri kamar mandi yang merangkap toilet. Alhamdullilah, makanan sangat berlimpah walau harus sabar antri pada jam makan. Di Mina tidur di tenda yang lebih baik tapi semakin berhimpitan tidurnya, makan dan WC tetap antri. Maktab kami sangat dekat dengan tempat balang yang hanya berjarak 200 meter. Sebelum penerbangan kembali ke Jakarta kami menginap di Hotel Jeddah Intercontinental, sekamar berdua berpasangan untuk yang suami isteri, bisa istirahat cukup dan melepas rindu suami isteri.
Ada yang mengatakan perjalanan haji ibarat gambaran surga, semakin berat timbangan kebaikannya semakin nyaman menikmati kemewahan dan pelayanan di surga. Semakin besar kemampuan membayar ongkos perjalan haji dan bekal dollar yang cukup, semakin nyaman dan leluasa melaksanakan perjalanan haji kita. Perbanyaklah amal kebaikan untuk akherat, perbanyaklah bekal dan kemampuan untuk membayar ONH yang lebih nyaman. Amien.