Kalau ingat India pasti
terbayang bintang Bollywood yang cantik dan seksi, dan itu yang kita bayangkan
ketemu setiap hari kalau berada di India. Kesimpulan akhir dari tiga kali
kunjungan ke India adalah, yang cantik dan seksi itu hanya ada di film India
dan di Bolywood ! Kunjungan pertama ke India bulan Maret 2001 menghadiri sixth
annual working group meeting dan pameran tentang pencegahan bencana di Ahmedabad.
Rombongan kami hanya bertiga bersama pak
Krisna Pribadi dan ibu Wiwi dari ITB yang menangani Asian Urban Disaster
Mitigation Project dari ADPC. Kunjungan kedua bersama delegasi DJSN pada
bulan Nopember 2009 mengenai jaminan sosial dan kunjungan terakhir pada buan
Februari 2010 menghadiri pertemuan JLN (Joint Learning Network) menuju
Jaminan Kesehatan Semesta bersama pak Ascorbat Gani (UI), pak Donald
(Kemenkes), Ibu Tianggur dan ibu Atikah dari DJSN.
Kita
harus belajar banyak dari kawan di India untuk berbicara menarik dan mempesona di depan umum ketika memberikan
presentasi. Selain modal bahasa Inggris yang sangat cukup, merekapun pada
umumnya sangat piawai membuat bahan presentasi yang tidak membosankan. Kalau
soal suasana masyarakat dan lingkungan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
Indonesia, banyak kemiripan dengan kita yang berpenduduk banyak dan banyak yang
masih bergelut dengan kemiskinan. Karena itu ketika diterima oleh bapak Dubes
Andi Ghalib di KBRI, beliau sempat bergurau :” surprise sekali bapak bapak
mau berkunjung ke India ... ”. Tentunya guraan beliau ini mengandung banyak
makna, tetapi yang kami sukai dari beliau (terima kasih untuk sarapan pagi menu
Indonesia yang disiapkan ibu Dubes) dengan rendah hati berkata :” saya ini
duta besar, tapi yang berkuasa penuh adalah isteri saya ”. Wah, begitu
agungnya beliau menempatkan dan menyenangkan sang isteri dihadapan para tamu.
Pada kunjungan tentang JLN, kami
berada di sebuah desa yang jaraknya dua jam perjalanan dari New Delhi. Kami
diperlihatkan bagaimana masyarakat mengantri untuk mendapatkan kartu peserta
jamkes. India terkenal dengan kemampuan menerapkan teknologi sederhana dan kami
diberi demonstrasi bagaimana data orang miskin bisa diakses di daerah
terpencil, serta dicetak kartunya dengan portable printer buatan india
(kualitas kartu sangat baik seperti kartu ATM). Ketika kunjungan selesai
beberapa diantara kami perlu untuk pergi ke toilet sebelum menempuh perjalanan
jauh kembali ke New Delhi. ” Yes, okey please follow me ” kata
petugas di desa sambil menunjukkan gedung sekolah di sebelah. Sampai disitu
kami bingung mana toiletnya ? Eh, ternyata dia menunjuk ke lokasi di bawah
pohon, mana bau tinja lagi !