INDAHNYA NEGERI PELUPA
Dua keluarga tewas
tertabrak kereta api akibat kelalaian petuga. Berita ini kemudian ramai
ditayangkan seluruh jaringan TV. Mengenaskan memang, ucapan bela sungkawapun mengalir dari berbagai
kalangan termasuk pejabat negara yang juga kebetulan sebagai petinggi partai. Talk
show di TV, wawancara radio, dan media cetak mengetengahkan pembahasan kejadian
naas itu. Argumenasi dan rencana kedepan juga tak luput disampaikan baik oleh
pejabat terkait dan para pakar. Sebut saja perlunya penambahan dan
kesejahteraan petugas penjaga perlintasan kereta api. Rencana pemerintah untuk
membuat underpass di semua perlintasan ataupun jalan layang. Setelah seminggu
kita lupa kejadiannya, setelah seminggu yang menjadi topik bahasan aregumentasi
dan rencana kedepan juga kita lupa, pendek kata kita lupa semua yang diomongin
pejabat, yang dibahas pakar, dan yang ramai
di diskusikan selama ini.
Dan, yang rame kita
omongin saat ini adalah banjir. Bukan banjir uang, bukan banjir wisatawan tapi
banjir air, air yang sebetulnya kita butuhkan bagi kehidupan tapi bukan air
yang kotor dan bukan pula air yang berlebih. Setiap tahun kita membahas
perlunya penataan kawasan yang baik, keseimbangan antara pemukiman dan daerah
resapan. Kita kemukakan argumentasi perlunya kesadaran masyarakat berperilaku
yang bersahabat dengan lingkungan seperti buang sampah dan penanama pohon serta
sumur resapan. Tak kalah hebat pemerintah bicara tentang perlunya aturan
pembatasan permukiman baru, rumah vertikal jadi prioritas menggantikan ”landed
house”. Biar keren pakai istilah asing, apa itu landed house ? rumah yang
memiliki pekarangan. Pengaturan kembali tata guna lahan dan keberanian menolak
alih fungsi danau atau situ menjadi hotel atau pusat perbelanjaan. Pentingnya
pelebaran dan pengerukan sungai, pentingnya gorong2 dan pompa air.
Setiap tahun kita bicara
yang itu itu juga, layaknya memutar sebuah rekaman. Setelah musim hujan berlalu
? kita simpan semua rekaman dan rencana hasil bincang seru itu, untuk kita buka
dan wacanakan kembali tahun depan ketika banjir melanda. Berulang lagi, diputar
lagi ..... sampai suatu saat nanti kita tidak lagi membicarakan banjir karena
seluruh stasion TV, radio, istana negara dan kantor pemerintahan, bahkan rumah
para pejabat dan pakar terendam banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar