Minggu, 09 Februari 2014



INDAHNYA NEGERI PELUPA

Dua keluarga tewas tertabrak kereta api akibat kelalaian petuga. Berita ini kemudian ramai ditayangkan seluruh jaringan TV. Mengenaskan memang,  ucapan bela sungkawapun mengalir dari berbagai kalangan termasuk pejabat negara yang juga kebetulan sebagai petinggi partai. Talk show di TV, wawancara radio, dan media cetak mengetengahkan pembahasan kejadian naas itu. Argumenasi dan rencana kedepan juga tak luput disampaikan baik oleh pejabat terkait dan para pakar. Sebut saja perlunya penambahan dan kesejahteraan petugas penjaga perlintasan kereta api. Rencana pemerintah untuk membuat underpass di semua perlintasan ataupun jalan layang. Setelah seminggu kita lupa kejadiannya, setelah seminggu yang menjadi topik bahasan aregumentasi dan rencana kedepan juga kita lupa, pendek kata kita lupa semua yang diomongin pejabat,  yang dibahas pakar, dan yang ramai di diskusikan selama ini.
Dan, yang rame kita omongin saat ini adalah banjir. Bukan banjir uang, bukan banjir wisatawan tapi banjir air, air yang sebetulnya kita butuhkan bagi kehidupan tapi bukan air yang kotor dan bukan pula air yang berlebih. Setiap tahun kita membahas perlunya penataan kawasan yang baik, keseimbangan antara pemukiman dan daerah resapan. Kita kemukakan argumentasi perlunya kesadaran masyarakat berperilaku yang bersahabat dengan lingkungan seperti buang sampah dan penanama pohon serta sumur resapan. Tak kalah hebat pemerintah bicara tentang perlunya aturan pembatasan permukiman baru, rumah vertikal jadi prioritas menggantikan ”landed house”. Biar keren pakai istilah asing, apa itu landed house ? rumah yang memiliki pekarangan. Pengaturan kembali tata guna lahan dan keberanian menolak alih fungsi danau atau situ menjadi hotel atau pusat perbelanjaan. Pentingnya pelebaran dan pengerukan sungai, pentingnya gorong2 dan pompa air.
Setiap tahun kita bicara yang itu itu juga, layaknya memutar sebuah rekaman. Setelah musim hujan berlalu ? kita simpan semua rekaman dan rencana hasil bincang seru itu, untuk kita buka dan wacanakan kembali tahun depan ketika banjir melanda. Berulang lagi, diputar lagi ..... sampai suatu saat nanti kita tidak lagi membicarakan banjir karena seluruh stasion TV, radio, istana negara dan kantor pemerintahan, bahkan rumah para pejabat dan pakar terendam banjir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar