Senin, 10 Februari 2014



ARTIS TETAP LARIS
Artis tetap laris selagi popular maupun dalam fase penurunan kepopuleran. Hidup di negri dimana penduduknya sangat suka opera sabun (soap opera) sungguh menyenangkan. Artis bersaing dalam pilkada maupun caleg legislative sudah memiliki kepopuleran tersendiri, dikenal masyarakat luas sehingga banyak menghemat biaya kampanye. Dan yang lebih mencengangkan banyak yang berhasil. Tidaklah heran kalau artis popular ini kemudian digandeng sebagi pasangan cawagub atau cabup dan cawakot dan berhasil meraih suara terbanyak.
Sebagai vote getter sosok artis memang mulai digandrungi parpol semenjak era reformasi. Artis diperebutkan dan dipinang parpol, siapa tahu malahan dengan imbalan, semoga tidak senaif itu. Menyedihkan memang negri yang dinilai demokratis itu memiliki ekses yang tidak mendidik, masyarakat memilih didasari kepopuleran sebagai pemain sinetron, penyanyi dan sosok selebritis karena bagian dari idola ataupun bagian dari entertainment masyarakat keseharian.
Bagi parpol tidaklah penting unsur pendidikan ini karena mereka hanya memiliki target mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya, kualitas dan lain2 adalah pertimbangan kedua. Dalam masyarakat demokrasi dimana kemiskinan dan gaya hidup konsumerisme saling berdampingan, suara bisa dibeli dengan uang dan fanatisme, fanatisme faham dan fanatisme idola. Lantas apa yang harus kita khawatirkan ?
Lihatlah para artis yang menjadi anggota legislative sejak era reformasi, tidaklah banyak kiprah dan sumbangsihnya sebagai law maker ? Kalaupun muncul di media tv memang sangat meyakinkan gaya dan cara bicaranya, itulah kelebihan artis. Adakah contoh artis yang kemudian menjadi kepala eksekutif di daerah berhasil menunjukkan kebolehannya sebagai birokrat ? Meragukan kalau kita mau menyebut beberapa nama, tapi kebanyak “nyaris tak terdengar”. Boleh jadi perlu dipertanyakan jangan2 mereka menjadi pendamping pilkada dengan imbalan materi, semoga saja tidak senaif itu. Kalau benar sungguh sangat menyedihkan perjalanan demokasi negri ini.

2 komentar:

  1. Artis juga manusia Pak, punya hak berpolitik, entah sebagai vote getter ataupun real politician. Seperti manajemen restoran, menu yg disajikan boleh saja dari yg light sampai yg heavy, tapi final decision ada di tamu (pemilih).

    BalasHapus
  2. Terima kasih komentarnya, kita sangat berharap kiprah mereka lebih baik lagi karena trust masyarakat begiru besar untuk artis yang berhasil masuk senayan dan jadi jajaran eksekutif di pemda. salam aset

    BalasHapus