MODIFIKASI CUACA
KURANGI POTENSI BANJIR
Khabarnya modifikasi
cuaca dilakukan untuk mengurangi potensi banjir Jakarta. Efektifkah upaya ini
ataukah sekedar upaya berpaling dari ketidakmampuan menangani bencana banjir ?
Apa itu modifikasi cuaca ? Tahun delapan puluhan lebih
dikenal dengan istilah hujan buatan, penamaan yang kurang tepat mengingat hujan
tidak mungkin dibuat manusia. Istilah rekayasapun tidaklah tepat karnea
hakekatnya intervensi yang dilakukan merupakan proses mempercepat turunnya
hujan. Hujan terjadi karena uap air yang ada di udara membentuk awan dan
turunlah butiran air sebagai hujan, itulah kalau mau disederhanakan. Jadi
syarat untuk hujan adalah adanya inti kondensasi yang akan mengikat uap air dan
membentuk awan bila kelembaban atau humiditas udara mencukupi. Inti kondensasi
adalah partikel berukuran mikron yang mengapung di udara. Partikel debu yang
dibuang pabrik semen di Cibinong misalnya adalah contoh kelimpahan inti
kondensasi sehingga daerah sekitar Cibinong acap kali diguyur hujan. Inti
kondensasi bisa juga berasal dari deburan ombak, melayang ke udara terbawa
angin dan terhadang gunung salak dan pangrango, terbentuklah awan orografis dan
jadilah Bogor sebagai Kota Hujan.
Proses modifikasi cuaca. Awalnya modifikasi cuaca
dilakukan di Eropa tetapi untuk daerah tropis mengalami penyesuaian karena
kondisi iklimpun berbeda. Seperti di Thailand dan Indonesia, digunakan NaCl
(garam dapur) sebagai inti kondensasi. Butiran garam yang telah dihaluskan
berukuran dibawah 21 mikron ditebarkan di udara yang memiliki tingkat
kelembaban lebih dari 70 %. Penyemaian awan ini berlangsung sekitar 3 – 5 jam
sampai terbentuknya awan kumulus. Gumpalan awan yang kemudian saling bergabung
itu perlu pendinginan untuk memicu terjadinya hujan. Pada tahap ini disemprotkan
cairan yang merupakan campuran air dan urea serta amonium nitrat perbandingan
4:3:1. Larutan yang bersuhu sekitar 4 derajat celcius ini disemprotkan dibawah
awan untuk mempercepat turunnya hujan. Dengan memperhitungkan kecepatan dan
arah angin tentunya bisa dihitung dimana dan kapan bahan kimia tersebut harus
ditebar dan disemprotkan. Angin sebagai faktor penentu keberhasilan modifikasi
cuaca tentu tidak bisa kita atur, target area hujan bisa saja berubah karena
perubahan arah angin di atas daratan. Bahkan kalau kecepatan angin lebih dari
12 knot, awan yang sudah terbentukpun bisa buyar. Demikian pula panas daratan,
jika suhu tanah terlalu panas, air hujan yang sedang turun bisa menguap kembali
alias di atas hujan dibawah tetap kering. Jadi kapan saat yang paling tepat
untuk modifikasi cuaca itu ?
Kapan modifikasi harus dilakukan ? Lajimnya modifikasi
dilakukan di awal atau di akhir musim hujan. Kenapa ? karena prasyarat
terbentuknya hujan paling memungkinkan di kedua fase itu. Sehingga modifikasi cuaca
pada intinya adalah memperpanjang musim hujan dengan tujuan menambah curah
hujan untuk keperluan pertanian maupun pengisian waduk sebagai sumber air baku.
Jadi uapaya modifikasi cuaca pada puncak musim hujan seperti sekarang ini terbuka
untuk dipertanyakan efektivitasnya untuk mengurangi curah hujan. Kalaupun hujan
dipercepat prosesnya dan diturunkan di luar wilayah Jakarta (DAS Ciliwung dan
Cisadane) apakah ini hanya memindahkan potensi banjir dan longsor di wilayah
lainnya ? Januari dan Pebruari awan terbentuk hampir merata diseluruh wilayah
barat Indonesia. Proses mempercepat itu dimanapun dilakukan tidak akan
berpengaruh banyak untuk mengurangi potensi volume air hujan yang akan jatuh di
wilayah sekitarnya.
Biaya yang diperlukan untuk
modifikasi cuaca tidak pernah diumumkan media berapa besarnya. Komponen biaya
itu termasuk bahan kimia, bahan bakar pesawat dan sewa pesawat serta biaya
personil bisa mencapai lebih dari 250 juta rupiah setiap harinya. Kalau
dilaksanakan selama sebulan penuh paling tidak diperlukan dana tidak kurang
dari 10 milyar rupiah. Dana sebesar itu mungkin kecil untuk ukuran apbd dki
jakarta, karenanya segala upaya perlu dilakukan untuk mengurangi hujan yang
menyebabkan banjir di wilayah Jakarta.
Uraian diatas adalah teknologi standar
yang dilakukan tahun 80-an, saya yakin Tim Modifikasi Cuaca yang notabene
adalah yunior kami sudah jauh memiliki keahlian memodifikasi cuaca dengan
teknik baru. Kami percaya upaya mereka perlu didukung dan kita harus yakin
bahwa akan ada saatnya teknologi modifikasi ini akan sangat berhasil. Selamat
bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar