Selasa, 11 Februari 2014



MODIFIKASI CUACA 
KURANGI POTENSI BANJIR

Khabarnya modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi potensi banjir Jakarta. Efektifkah upaya ini ataukah sekedar upaya berpaling dari ketidakmampuan menangani bencana banjir ?

Apa itu modifikasi cuaca ? Tahun delapan puluhan lebih dikenal dengan istilah hujan buatan, penamaan yang kurang tepat mengingat hujan tidak mungkin dibuat manusia. Istilah rekayasapun tidaklah tepat karnea hakekatnya intervensi yang dilakukan merupakan proses mempercepat turunnya hujan. Hujan terjadi karena uap air yang ada di udara membentuk awan dan turunlah butiran air sebagai hujan, itulah kalau mau disederhanakan. Jadi syarat untuk hujan adalah adanya inti kondensasi yang akan mengikat uap air dan membentuk awan bila kelembaban atau humiditas udara mencukupi. Inti kondensasi adalah partikel berukuran mikron yang mengapung di udara. Partikel debu yang dibuang pabrik semen di Cibinong misalnya adalah contoh kelimpahan inti kondensasi sehingga daerah sekitar Cibinong acap kali diguyur hujan. Inti kondensasi bisa juga berasal dari deburan ombak, melayang ke udara terbawa angin dan terhadang gunung salak dan pangrango, terbentuklah awan orografis dan jadilah Bogor sebagai Kota Hujan.

Proses modifikasi cuaca. Awalnya modifikasi cuaca dilakukan di Eropa tetapi untuk daerah tropis mengalami penyesuaian karena kondisi iklimpun berbeda. Seperti di Thailand dan Indonesia, digunakan NaCl (garam dapur) sebagai inti kondensasi. Butiran garam yang telah dihaluskan berukuran dibawah 21 mikron ditebarkan di udara yang memiliki tingkat kelembaban lebih dari 70 %. Penyemaian awan ini berlangsung sekitar 3 – 5 jam sampai terbentuknya awan kumulus. Gumpalan awan yang kemudian saling bergabung itu perlu pendinginan untuk memicu terjadinya hujan. Pada tahap ini disemprotkan cairan yang merupakan campuran air dan urea serta amonium nitrat perbandingan 4:3:1. Larutan yang bersuhu sekitar 4 derajat celcius ini disemprotkan dibawah awan untuk mempercepat turunnya hujan. Dengan memperhitungkan kecepatan dan arah angin tentunya bisa dihitung dimana dan kapan bahan kimia tersebut harus ditebar dan disemprotkan. Angin sebagai faktor penentu keberhasilan modifikasi cuaca tentu tidak bisa kita atur, target area hujan bisa saja berubah karena perubahan arah angin di atas daratan. Bahkan kalau kecepatan angin lebih dari 12 knot, awan yang sudah terbentukpun bisa buyar. Demikian pula panas daratan, jika suhu tanah terlalu panas, air hujan yang sedang turun bisa menguap kembali alias di atas hujan dibawah tetap kering. Jadi kapan saat yang paling tepat untuk modifikasi cuaca itu ?

Kapan modifikasi harus dilakukan ? Lajimnya modifikasi dilakukan di awal atau di akhir musim hujan. Kenapa ? karena prasyarat terbentuknya hujan paling memungkinkan di kedua fase itu. Sehingga modifikasi cuaca pada intinya adalah memperpanjang musim hujan dengan tujuan menambah curah hujan untuk keperluan pertanian maupun pengisian waduk sebagai sumber air baku. Jadi uapaya modifikasi cuaca pada puncak musim hujan seperti sekarang ini terbuka untuk dipertanyakan efektivitasnya untuk mengurangi curah hujan. Kalaupun hujan dipercepat prosesnya dan diturunkan di luar wilayah Jakarta (DAS Ciliwung dan Cisadane) apakah ini hanya memindahkan potensi banjir dan longsor di wilayah lainnya ? Januari dan Pebruari awan terbentuk hampir merata diseluruh wilayah barat Indonesia. Proses mempercepat itu dimanapun dilakukan tidak akan berpengaruh banyak untuk mengurangi potensi volume air hujan yang akan jatuh di wilayah sekitarnya.

Biaya yang diperlukan untuk modifikasi cuaca tidak pernah diumumkan media berapa besarnya. Komponen biaya itu termasuk bahan kimia, bahan bakar pesawat dan sewa pesawat serta biaya personil bisa mencapai lebih dari 250 juta rupiah setiap harinya. Kalau dilaksanakan selama sebulan penuh paling tidak diperlukan dana tidak kurang dari 10 milyar rupiah. Dana sebesar itu mungkin kecil untuk ukuran apbd dki jakarta, karenanya segala upaya perlu dilakukan untuk mengurangi hujan yang menyebabkan banjir di wilayah Jakarta.

Uraian diatas adalah teknologi standar yang dilakukan tahun 80-an, saya yakin Tim Modifikasi Cuaca yang notabene adalah yunior kami sudah jauh memiliki keahlian memodifikasi cuaca dengan teknik baru. Kami percaya upaya mereka perlu didukung dan kita harus yakin bahwa akan ada saatnya teknologi modifikasi ini akan sangat berhasil. Selamat bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar