Kamis, 07 Oktober 2010

SEPULUH RIBU UNTUK UPIN : BETUL ! BETUL ! BETUL !

SEPULUH RIBU : BETUL, BETUL, BETUL !!!

Upin dan Ipin pergi ke pasar, ketemu Mail yang lagi jualan ayam goreng bersama ibunya. Ada anak perempuan cantik mau beli ayam, Mail langsung melayaninya dengan mimik anak yang menunjukkan ketertarikannya. Dilayanilah pembelian anak perempaun tersebut, dan diterima uangnya.
“ Hah, bagaimana kembalianya ? besar sekali nih uangnya !” kata Mail, terlihat uang sepuluh ribu rupiah yang kemudian diserahkan ke ibunya. Ibunya memeriksa uang tersebut dengan dahi yang berkenyit.
“ Kamu orang baru disini nak ?’” ibu Mail bertanya dan anak perempuan itu menjawab dengan anggukan. Dikembalikannya uang sepuluh ribu tersebut yang segera diterima anak tersebut (mungkin menyangka itu kembalian) dan pergi dengan bungkusan ayam greng ditangannya.

CATATAN :

[itu tayangan kartun Ipin Upin yang lagi ditonton cucu saya kemarin malam, Rabu 6 Oktober 2010]. Memang tak ada yang lucu bagi cucu yang menontonnya, saya tertawa saja]. Cerita itu mungkin saja merupakan rekaman kejadian yang benar terjadi di negeri jiran. Hal yang mungkin membekas di otak bawah sadar anak kecil adalah :
• Bahwa dunia hanya memiliki satu currency, kedua anak tidak mengerti bahwa uang hanya berlaku di suatu negara atau wilayah.
• Mail dengan lugunya menilai uang hanya dari nominalnya, bukan dari nilainya. Ringgit jauh lebih bernilai daripada rupiah.
• Kedermawanan ibu Mail diperlihatkan dengan mengembalikan uang rupaih tersebut, alias ayam goreng diberikan gratis.
• Dengan lugunya nak perempuah yang kemungkinan anak salah satu TKI di Malaysia mengiran itu uang kembalian tanpa mengucapkan terima kasih. Mungkin juga dia tidak mau digratiskan kalau sdh dewasa karena harga diri bukan sebagai pengemis.

Well, itu hanyalah cerita anak-anak ........ dengan pesan besar didalamnya. Kita masih saudara, tetapi anak didik Indonesai itu sudah lebih maju dan pintar dari gurunya. Apa mereka merasa jadi anak didik kita karena dulu pernah mengirim guru ke Malaysia, itulah yang kita tidak tahu.

(This article is a personal view).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar