Sabtu, 06 November 2010

MENGHITUNG HARI MENGHITUNG DOSA

ANDAI NABI NAMBAH SATU :
Gado2 Perjalanan Haji Bag. ke 42

Idul Adha di Indonesia jatuh pada hari Jumat tanggal 21 Januari 2005 sedang di Arab Saudi pada hari Kamis, sehari sebelumnya. Saya dengar keputusan itu secara tiba-tiba ditetapkan oleh Raja Fahd, bagi kami para jamaah, pengunduran atau pengajuan ketetapan Hari Raya tidak mempengaruhi jadual kepulangan ke Indonesia. Kita sudah terbiasa mendengar penetapan Idul Fitri dan Idul Adha sering beda, di Arab Saudi lebih cepat satu hari padahal perbedaan waktu dengan Indonesia lebih lambat 4 jam. Di Indonesia kami sekeluwarga selalu mengikuti ketetapan pemerintah, bukan karena kami PNS tapi saya percaya bahwa pengambilan keputusan itu berdasarkan perhitungan, pengamatan dan pertimbangan pakar yang lebih pandai dari kami. Saya merasa yakin para pakar yang memberi masukan tersebut tidak akan mengorbankan keyakinan agama untuk kepentingan politik atau hal lainnya. Tapi kamipun tetap menghargai dan menaruh rasa hormat kepada teman teman yang berkeyakinan lain dalam penetapan hari raya tersebut.
Dua kali jumatan sebelumnya kami laksanakan di Masjid Nabawi, ada perkataan Indonesia – Aceh – dan Tsunami dalam khotbah Imam, sebagai bangsa yang sedang mengalami musibah kami merasa berterima kasih atas doa dan emphatik khususnya kepada Imam Masjid Nabawi. Jumat ketiga kami masih berada di Mina, setiap biro perjalanan melaksanakan sholat Jumat di tendanya masing masing. Walaupun dilaksanakan dalam tenda yang sempit, Jumatan seperti layaknya di mesjid malah terasa lebih hidmat dan khusyuk. Mungkin karena lebaran jauh dari tanah air, para jamaah mengahiri sholat dengan berpelukan saling memaapkan, tidak terasa air mata berlinang. Melihat mata para jamaah yang dipenuhi kerinduan kepada sanak keluarga di tanah air, dengan bijak penyelenggara perjalanan segera menghibur : ” lima hari lagi kita pulang !”.
Jam dua malam saya terbangun dari mimpi yang sangat mengejutkan. Seperti diputarkan film, dipertontonkan penggalan perilaku masa lalu yang memperlihatkan bahwa yang bersangkutan tidak menerima perbuatan saya. Dengan segala kemurahanNya, dosa terhadap Allah mungkin dapat memperoleh ampunan, tapi belum tentu dosa terhadap sesama. Teringat salah satu doa yang dipanjatkan ketika berada di Arofah :

Ya Allah, jangan biarkan kami berbuat dosa kecuali Engkau ampunkan. Jangan biarkan kami berbuat cacat kecuali Engkau tutupi. Jangan biarkan kami dilanda kesusahan kecuali Engkau bukakan jalan keluarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar