Senin, 06 Desember 2010

AIR ZAM ZAM YANG BERMUKJIJAT

Pemandangan yang sangat lazim kita temukan saat ini adalah rombongan jemaah haji yang baru kembali dari tanah suci. Wajah yang bersih berseri demikian pula kerabat yang menjemputnya, dan yang paling khas lagi adalah oleh-oleh istimewa air zam-zam dalam jerigen 10 liter. Itu juga oleh-oleh yang kami bawa dan kami dahulukan ketika pulang dari Arab seusai menunaikan ibadah haji.
Oleh-oleh yang lainnya tidak perlu dibeli di Arab, bolehlah membantu perekonomian bangsa dengan membelinya di Tanah Abang jauh hari bahkan sebelum berangkat ke tanah suci. Tapi soa; air zam zam rasanya tidak mungkin dibeli di Tanah Abang, kalaupun ada yang menjualnya terasa kurang afdol. Air zam-zam menjadi sajian yang paling berharga, sangat berharga ketika tetangga atau kerabat dating ke rumah. Demikian istimewanya sampai bila perlu kita encerkan dengan dengan air putih dan anehnya penghargaan terhadap mukjijatnya tidak berkurang.
Berbicara soal mukjijat banyak dalam hikayat negeri kitapun terdapat cerita yang sangat istimewa. Ada cerita tentang keajaiban yang diperlihatkan oleh seorang wali atau orang sakti yang menyuguhi seribu tamunya hanya dengan seperiuk nasi yang tidak pernah habis. Waaau, mukjijat selalu diberikan kepada yang dikasihi Allah SWT, dan air zam zam adalah salah satunya sampai saat ini mendapat tempat yang sangat istimewa. Apakah bangsa lain juga berpandangan sama dan melakukan hal sama dengan kita ? Itu yang terus terang belum sempat kami ketahui ketika kembali dari tanah suci. Yang sangat mengherankan justru pandangan orang Arab sendiri.
Teman kuliah yang lengkapnya bernama Fadel Al Banjar setiap musim haji selalu cuti dan pulang ke Saudi. Dia bilang cari duit karena menjadi syeh haji (ada dalam bagian tulisan terdahulu). So, pada malam itu dia dan isterinya dating ke apartemen kami.
“ Brother, saya mau pulang sebulan. Do you need anything from Saudi ?”
“ Oh yes, if not to make you much trouble please bring us zam-zam water “ kataku dengan penuh harap.
“ What ? zam-zam water ? for what “ keheranan bertubi-tubi dalam bentuk pertanyaan dari sang brother ini. Kalau dia heran, justru saya lebih heran lagi, lho kok ?
“ Adang, its the same with drinking water here !!!!” katanya sambil tersenyum menjelaskan.
Menurut penjelasannya, air yang ada di Masjidil Haram itu sekarang adalah air olahan alias air PAM kalau istilah kita mah. Bahkan sebagian adalah hasil desalinasi air laut. Air tersebut dialirkan melalui pipa bawah tanah dan didinginka terlebih dulu sebelum dikucurkan melalui kran yang ada di sekitar mesjid. Air zam zam yang asli sudah tidak ada lagi dan tidak akan mencukupi untuk seluruh jamaah yang dfatang ke Makkah. “ Oooh, realy ?” hanya itu yang keluar dari ucapanku.
“Yes, believe me brother!”
Tidak ingin mengecewakan tawaran baiknya akhirnya saya memesan tasbih, apa jawaban sang brother ? “ Okay, no problem but it is made in Cina or Korea. Arab people very lazy to make that kind of things” katanya berseloroh.
Well brother, bagi kami air zam-zam tetap saja dianggap mukjijat walaupun itu air olahan. Bukankah dengan keyakinan segalanya bisa berubah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar