Jumat, 21 Februari 2014


PADJADJARAN KINGDOM:
A NOVEL BY ADANG SETIANA
PALANGKA SRIMAN SRIWACANA
PART 4

Bukanlah Jaya Perkosa, panglima gaek Pajajaran, kalau tidak bisa memperkirakan pergerakan lawan. Yang membuat suprise panglima adalah adanya pasukan musuh dalam jumlah besar di tepi parit selatan.
” Berapa banyak ?” tanya sang panglima.
” Sekitar seratusan pasukan”.
” Bagaimana kau tahu ?”
” Dari balasan panah yang mereka tujukan kepada kami”.
” Bisa saja Cuma setengah jumlahnya. Mereka melesatkan panah sekaligus dua atau tiga batang”. Jaya Perkosa berhitung cepat. ”
” Pindahkan sebagian pasukan dari Gerbang Lawang Gintung ke sisi selatan parit. Hujani dengan panah dan tombak, sibukan mereka ketika senja tiba !”
” Panglima mau lewat mana ?” serentak kedua Bhayangkarta itu bertanya.
” Jangan pikirkan aku, laksanakan saja perintah itu !”, Jaya Perkosa kemudian memandang kedua Bhayangkara pengawalnya, ” Pergilah kalian, waktu tidak banyak. Suruh kosongkan istana dan selamatkan jiwa keluargamu”.
Ke-empat Bhayangkara segera memacu kudanya dalam kecepatan tinggi. Ke-empat bersaudara melanjutkan perjalanan ke sisi selatan dayeuh, dalam formasi seperti ketika mereka meninggalkan ruang pusaka. Sanghiyang Hawu, Panglima Perang Pajajaran, Senopati Jaya Perkosa, tahu pasti mana jalan yang aman untuk meloloskan dan menyelamatkan benda pusaka Pajajaran. Hujan kian reda, gerimis kecil menimpa dedaunan pohon paku yang berjejer sekitar istana. Di alun-alun pasukan Surosowan bersiap melakukan penyerbuan. Keraton Pajajaran harus dikuasai malam ini. Ya, malam ini juga. 

*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar