PADJADJARAN KINGDOM:
A
NOVEL BY ADANG SETIANA
PALANGKA
SRIMAN SRIWACANA
PART 4
Bukanlah Jaya Perkosa,
panglima gaek Pajajaran, kalau tidak bisa memperkirakan pergerakan lawan. Yang
membuat suprise panglima adalah adanya pasukan musuh dalam jumlah besar di tepi
parit selatan.
” Berapa banyak ?” tanya
sang panglima.
” Sekitar seratusan
pasukan”.
” Bagaimana kau tahu ?”
” Dari balasan panah
yang mereka tujukan kepada kami”.
” Bisa saja Cuma
setengah jumlahnya. Mereka melesatkan panah sekaligus dua atau tiga batang”. Jaya Perkosa
berhitung cepat. ”
” Pindahkan sebagian
pasukan dari Gerbang Lawang Gintung ke sisi selatan parit. Hujani dengan panah
dan tombak, sibukan mereka ketika senja tiba !”
” Panglima mau lewat
mana ?” serentak kedua Bhayangkarta itu bertanya.
” Jangan pikirkan aku,
laksanakan saja perintah itu !”, Jaya Perkosa kemudian memandang kedua
Bhayangkara pengawalnya, ” Pergilah kalian, waktu tidak banyak. Suruh kosongkan
istana dan selamatkan jiwa keluargamu”.
Ke-empat Bhayangkara
segera memacu kudanya dalam kecepatan tinggi. Ke-empat bersaudara melanjutkan
perjalanan ke sisi selatan dayeuh, dalam formasi seperti ketika mereka
meninggalkan ruang pusaka. Sanghiyang Hawu, Panglima Perang Pajajaran, Senopati
Jaya Perkosa, tahu pasti mana jalan yang aman untuk meloloskan dan
menyelamatkan benda pusaka Pajajaran. Hujan kian reda, gerimis kecil menimpa
dedaunan pohon paku yang berjejer sekitar istana. Di alun-alun pasukan
Surosowan bersiap melakukan penyerbuan. Keraton Pajajaran harus dikuasai malam
ini. Ya, malam ini juga.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar